BAB II

LANDASAN TEORI

Pada dasarnya pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan agama Islam diharapkan dapat diperoleh dari lembaga ini. Apapun usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pondok pesantren di masa kini dan yang akan datang harus tetap berpegang pada konsep pendidikan islam. Artinya pesantren tetap sebagai lembaga pendidikan Islam dengan ciri-ciri khusus, meskipun ia banyak terlibat dalam masalah-masalah kemasyarakatan, seperti: perekonomian, kesehatan, lingkungan dan pembangunan.

Walaupun saat ini tujuan pendidikan di pesantren belum dirumuskan secara rinci dan dijabarkan dalam suatu sistem pendidikan, tetapi secara umum tujuan pendidikan di pesantren adalah semata-mata karena kewajiban belajar dan mengajar yang harus dilakukan secara ikhlas, dengan demikian tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran anak didik dengan penjelasan-penjelasan, akan tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat beribadah, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan anak didik untuk hidup sederhana dan rendah hati. Meskipun konsep pendidikan di pesantren belum secara rinci dijabarkan dalam suatu sistem pendidikan yang lengkap dan konsisten, tetapi secara sistematis konsep pendidikan di pesantren jelas menghendaki produk lulusan yang mandiri dan berakhlak mulia serta bertakwa dengan memilahkan secara tegas antara aspek pendidikan dan pengajaran yang keduanya saling mengisi satu dengan yang lain. Singkatnya konsep dan teori umum pendidikan pesantren sama persis dengan konsep dan teori pendidikan islam yang mengacu pada al qur’an dan hadits.

Adapun  teori  umum pendidikan islam menurut konsep al qur’an dan hadits adalah sebagaimana yang akan dibahas dalam penjelasan berikut.

A.    Tori  Dan Konsep

Sebelum saya membahas tentang teori dan konsep pendidikan Islam, maka ada baiknya saya kemukakan dulu apa sebenarnya arti daripada teori dan konsep itu sendiri. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta arti teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian dsb.)[1] sedangkan arti konsep adalah rancangan atau buram,[2] atas dasar pengertian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori pendidikan islam adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan tentang apakah yang dimaksud pendidikan Islam itu? Dan konsep pendidikan islam adalah rancangan yang digunakan untuk menentukan bagaimana seharusnya melaksanakan proses pendidikan agama islam.

Dalam hal teori pendidikan islam Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan dalam buku mereka yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam berpendapat bahwa arti pendidikan islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim (orang yang berserah).[3] Pendapat tersebut dikuatkan dengan teori pendidikan islam menurut al qur’an yaitu surat  luqman ayat 17 :

¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4’n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷“tã Í‘qãBW{$# ÇÊÐÈ

Artinya : “Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.”[4]

Dan disebutkan pula dalam surat At Taubah ayat 122:

* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 ’Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râ‘É‹YãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u‘ öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâ‘x‹øts† ÇÊËËÈ

Artinya : “"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”[5]



Jadi kesimpulannya teori pendidikan islam adalah proses transformasi pendidikan  agama islam dari seorang dewasa kepada anak didik dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan dan keseimbangan hidup dalam bermasyarakat dan agama sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat secara umum.

Sedangkan mengenai konsep pendidikan islam yang digunakan secara umum adalah konsep at-tarbiyah (bimbingan), at-ta’lim (pengajaran) dan at-ta’dib (pendidikan),[6] namun secara khusus Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum dalam merancang kurikulumnya mempunyai konsep tersendiri yang tentu saja selalu didasari Al-Qur’an dan Hadits serta beberapa pemikiran dari para pendahulu yang terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan zaman tanpa meninggalkan qoidah “al-muhafadlotu ala al-qodimi as-sholih wa al-akhdu bi al-jadiidi al-ashlah” (memakai pendapat lama yang masih baik dan melakukan inovasi yang lebih baik).

Diantara Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi dasar penentu kurikulum pendidikan pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum adalah sebagai berikut ;

Dikarenakan seluruh peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum adalah anak-anak yang baru memulai belajar atau bisa dikatakan sebagai al-mubtadi’in (pemula), maka pihak pendidik harus benar-benar memberikan suasana yang islami ala pesantren dalam lingkungan madrasah mulai dari bagaimana seharusnya seorang santri  berperilaku baik terhadap guru, teman sekelasnya, adik kelas ataupun kakak kelasnya, sehingga mereka dapat menempatkan sikap yang muqtadlol hal (tepat dengan keadaan) sesuai porsi masing-masing. Hal ini diungkapkan oleh KH. M. Ihsan salah seorang guru senior sekaligus salah satu dari jajaran Pembina Madrasah Ibtidayah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang  dimana menurut beliau konsep tersebut sangat sesuai dengan hadits nabi berikut:

حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ (رواه أبو داود)

Yang artinya : Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu Dawud)

Dan hadits nabi tentang bagaimana seharusnya perilaku santri atau peserta didik terhadap guru ;

وَعَن اَنَسِ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قال: قال رَسولُ اللهِ صَلِّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: وَقَرُّوا مَن تَتَعَلَّمُونَ مِنهُ رَوَاهُ اَبُو حَسَن المَوَردى

Artinya : Dari Anas RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Muliakanlah orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu”. (H.R. Abu Hasan Al-Mawardi)

Juga yang telah dijelaskan dalam surat al alaq ayat 1-5 berikut :

ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ

Artinya : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[7]

Kaitannya dengan pendidikan:

1.   Iqra` bisa berarti membaca atau mengkaji. sebagai aktivitas intelektual dalam arti yang luas, guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika (atas nama Tuhan).

2.  Kata al-qalam adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini. Proses transfer budaya dan peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi tulis–menulis yang dilambangkan dengan al-qalam.

Dan selain pembentukan perilaku atau akhlak peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang juga menentukan konsep pendidikan islam yang bersifat ilmiyah dengan beberapa materi yang terkandung dalam Surat Luqman ayat 13 yang berbunyi :

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ

Artinya : ”Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.[8]

Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran sebagai berikut:

1.      Orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya.

2.      Prioritas pertama adalah penanaman aqidah, pendidikan aqidah diutamakan sebagai kerangka dasar/landasan dalam membentuk pribadi anak yang soleh (Kompetensi Profesional).

3.      Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, sesuai makna seruan Luqman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayyaa” (Wahai anak-anakku), seruan tersebut menyiratkan muatan kasih sayang/sentuhan kelembutan dan kemesraan, tetapi tetap dalam koridor ketegasan dan kedisplinan, bukan berarti mendidik dengan keras. (Kompetensi Personal).

Jadi secara garis besar konsep pendidikan islam yang digunakan Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang adalah memberikan pengajaran di bidang intelektual keagamaan dengan mengajari sejak dini dan membiasakan mereka membaca, menganalisa, menulis, berhitung, berbahasa serta membina sekaligus mendidik mereka dalam hal akhlaq, aqidah, hukum-hukum islam dan tidak ketinggalan mengenalkan kepada anak didik tentang sejarah islam dari mulai turunnya islam hingga proses penyebarannya di dunia yang semua dikemas dalam bentuk kurikulum berbasis ke-pesantrenan yang selanjutnya disebut sebagai kurikulum pesantren.

Dari teori dan konsep secara umum di atas, maka tebentuklah teori dan konsep kurikulum pendidikan pesantren secara khusus  yang telah digunakan oleh Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dari dulu hingga sekarang. Teori dan konsep kurikulum pendidikan pesantren secara khusus akan dibahas dengan rinci dalam bahasan berikut :

1.   Pengertian Kurikulum

Secara kebahasaan, kata kurikulum berasal dari bahasa Latin currere, yang artinya lapangan tempat lomba lari atau tempat berpacu. Kurikulum juga dapat berasal dari curriculum yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung dari kata tersebut, secara sederhana kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau yang harus diselesaikan oleh anak didik untuk memperoleh ijazah. Dalam perkembangannya, kurikulum mengalami penafsiran yang beragam dari para ahli pendidikan. Sebelumnya kurikulum pernah diartikan sebagai ‘a plan for learning’ (rencana pelajaran).[9]

Beberapa ahli seperti Prof. Dr. S. Nasution, M. A. dalam bukunya  mengatakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.[10] Sedangkan Dr. H. Nana Sudjana berpendapat bahwa kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksanaanya. Dalam proses tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan siswa. Siswa adalah subjek yang dibina dan guru adalah subjek yang membina.[11]

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada intinya kurikulum adalah suatu bagian dari manajemen pendidikan yang direncanakan  dan disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab lembaga pendidikan tertentu beserta staf pengajarnya. Dan dalam kurikulum tersebut terdapat dua subyek yang terlibat secara aktif, yaitu siswa sebagai subyek yang dibina dan guru sebagai subyek yang membina.

2.    Kurikulum Pendidikan Pesantren

Ada banyak perbedaan pendapat mengenai istilah kurikulum pendidikan pesantren, bahkan ada beberapa pakar mengatakan bahwa kurikulum pendidikan pesantren itu sebenarnya tidak ada sebagaimana yang telah saya jelaskan di Bab I dalam sub bab Latar Belakang Masalah yang saya nukil dari pendapat Nurcholish Madjid, di mana intinya menurut beliau bahwa istilah kurikulum tidak dikenal di dunia kepesantrenan, tapi kenyataan  yang ada dewasa ini banyak pesantren yang telah menggunakan istilah kurikulum pendidikan pesantren untuk menjalankan lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan di banyak pesantren, seperti halnya kurikulum pendidikan pesantren yang telah diterapkan di beberapa lembaga formal yang dikelola oleh pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yang salah satu diantaranya adalah Madrasah Ibtidiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Pesantren dalam aspek kelembagaan mulai mengembangkan diri dengan jenis dan corak  pendidikan yang bermacam-macam. Seperti Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yang di dalamnya telah berkembang beberapa unit madrasah, sekolah umum sampai perguruan tinggi yang dalam proses pencapaian tujuan institusional-nya selalu menggunakan kurikulum, dan kurikulum yang dipakai dalam proses belajar mengajar di setiap lembaga yang telah didirikan berbeda-beda, ada yang menggunakan kurikulum sepenuhnya dari Depag dan ada beberapa lembaga yang menggunakan kurikulum perpaduan antara kurikulum dari Depag dan kurikulum dari pesantren sendiri dengan komposisi 70 % pendidikan yang mengacu pada pendidikan pesantren salaf yang selanjutnya disebut sebagai kurikulum pendidikan pesantren dan  30 % kurikulum dari Depag dan salah satu diantara unit madrasah tersebut adalah Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Dan apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan pesantren itu? Marilah kita telusuri beberapa kajian berikut, agar pemahaman tentang pengertian kurikulum pendidikan pesantren dapat dipahami secara jelas dan gamblang.

a.             Konsep Pendidikan Pesantren

Konsep pendidikan pesantren secara umum telah dibahas di atas dan dalam pembahasan berikut akan saya utarakan konsep pendidikan pesantren secara khusus.

Secara khusus konsep pendidikan pesantren adalah rincian dari konsep pendidikan islam yang meliputi pengajaran sekaligus pendidikan intelektual, aqidah, akhlaq, hukum-hukum islam serta keterampilan berbahasa yang telah dikemas dalam materi dan suasana kepesantrenan, adapun rincian konsep tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Mananamkan nilai "tauhidullah" dengan benar.

2.      Mengajarkan "ta'at al waalidaen" (mentaati kedua orang tua), dalam batas-batas ketaatan kepada Pencipta, sebagai manifestasi kesyukuran seseorang kepada Ilahi.

3.      Mengajarkan mematuhi petunjuk guru “irsyadu ustadzin”

4.      Mengajarkan "husnul mu'asyarah" (pergaulan yang benar), baik kepada saudara, teman sebaya ataupun teman yang lebih tua.

5.      Menanamkan nilai-nilai "Takwallah".

6.      Menumbuhkan kepribadian yang memiliki "Shilah bi Allah" yang kuat dengan mengajarkan dan membiasakan mereka beribadah.

7.      Menumbuhkan dalam diri anak "kepedulian sosial" yang tinggi. (amr ma'ruf-nahi munkar).

8.      Membentuk kejiwaan anak yang kokoh (Shabar).

9.      Menumbuhkan "sifat rendah hati" serta menjauhkan "sifat arogan"

10.  Mengajarkan "kesopanan" dalam sikap dan ucapannya.

Uraian rincian konsep pendidikan islam yang menjadi 10 point tersebut telah dikemas dalam Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yang nantinya dijadikan sebagai dasar penentu materi dan tujuan kurikulum pendidikan pesantren yang pada akhirnya digunakan sebagai dasar inovasi pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren dalam proses belajar mengajar.

b.         Materi Kurikulum Pendidikan Pesantren

Adapun lingkup materi pendidikan pesasntren adalah Al-Qur’an, Hadits, aqidah, akhlak, Fiqh/ibadah, sejarah dan bahasa dgn kata lain cakupan Pendidikan pesantren ada keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri dengan sesama manusia, makhluk lain maupun lingkungannya.[12]

Dari semua materi tersebut Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang merekonstruksinya ke dalam rumusan yang lebih riil hingga menjadi rumusan materi kurikulum pendidikan pesantren yang sesuai dengan keadaan anak didiknya baik dari segi umur, psykologi ataupun lingkungan keluarga anak didik hingga menjadi rumusan materi sebagai berikut :

1.            Pembelajaran Al-Qur’an meliputi : Qiroatul Qur’an, Tahsiinul Qur’an, Tajwid, dan pemahaman Al Qur’an dalam hal ini adalah tafsir

2.            Pembelajaran Hadits meliputi : Hapalan dan pemahan hadits

3.            Pendidikan aqidah dan akhlak meliputi : pendidikan tauhid dan perilaku anak terhadap Tuhan dan nabi-Nya, guru, orang tua, saudara dan teman-temannya

4.            Pendidikan fiqih/ibadah meliputi : pendidikan fiqih pemula dan fiqih kelanjutan.

5.            Pendidikan sejarah meliputi sejarah nabi Muhammad hingga sejarah penyebaran islam pada zaman sahabat

6.            Keterampilan menulis dan berbahasa yang meliputi : cara dan tehnik penulisan (tahaji, pego, khot), shorof, nahwu, I’lal, I’rob, bahasa arab dan insya’.

c.         Tujuan Kurikulum Pendidikan Pesantren

Ternyata pesantren memiliki tujuan-tujuan yang
khas, diantaranya : pengajaran-pengajaran yang diberikan di pesantren
diharapkan agar para santri memiliki moral yang tinggi, melatih dan
mempertinggi semangat dalam menghargai nilai- nilai spiritual dan
kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, menyiapkan para santri untuk hidup sederhana dan bersih hati. Pesantren tidaklah bertujuan untuk mengejar kepentingan kekuasaan, keuangan dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata- mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan. Tidak hanya itu keberadaan pesantren juga bertujuan untuk menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan “tafaqquh fi al –din”, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama' dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia secara umum, kemudian diikuti dengan tugas dakwah menyebarkan agama Islam dan benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak. Ditambah lagi, untuk mentransmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam dan pemeliharaan tradisi Islam.[13]

Jadi tujuan kurikulum pendidikan pesantren adalah untuk menentukan aturan yang jelas dan riil tentang rumusan proses pembelajaran keilmuan yang berbasis kepesantrenan, dari mulai materi yang diajarkan sampai pada proses evaluasi, sehingga dapat dengan mudah digunakan sebagai pedoman dalam proses implementasi kurikulum pendidikan pesantren dalam pendidikan formal.

B.     MADRASAH IBTIDAIYAH BAHRUL ULUM SEBAGAI LEMBAGA DI BAWAH NAUNGAN PESANTREN

1.            Sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang

Sebagai salah satu dari empat pondok pesantren besar di empat penjuru kota Jombang, Pondok Pesantren  Bahrul Ulum (secara harfiah artinya Lautan Ilmu) lebih dikenal dengan nama Pondok Pesantren Tambakberas. Letaknya cukup strategis yakni di belahan utara kota Jombang, masuk dalam wilayah administratif desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang Kota. Sebagai pintu masuk Jombang dari arah utara (Ploso, Babat, Lamongan, Bojonegoro, Gresik dan Tuban), Pondok Pesantren Tambakberas berlokasi di tepi jalan raya Jombang lebih tepatnya di jl. KH. Abdul Wahab Hasbulloh.

Pada awalnya yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Tambakberas adalah sebuah pondok kecil yang disebut sebagai Pondok Selawe (selawe artinya duapuluh lima). Kebetulan awalnya Pondok Pesantren ini memang hanya menerima santri sejumlah 25 orang dan didirikan pada tahun 1825 seusai Perang Diponegoro. Pendiri pondok pesantren ini adalah KH Abdus Salam yang juga dikenal dengan nama Mbah Shoichah (artinya bentakan yang membuat orang gentar). Ada pula yang menyebut pondok Tiga, karena jumlah kamar yang ada hanya 3 buah. Disamping mendakwakan syariat Islam, Mbah Shoichah juga mengajarkan pengobatan dan kanuragan (ilmu bela diri) pada santri-santrinya. Mbah Shoichah mengasuh pondok pesantren Selawe dalam kurun waktu tahun 1825 s/d 1860 masehi. Lokasi pondok Selawe saat ini menjadi makam keluarga Bani Chasbullah. Diantaranya makam KH Abdul Wahab Chasbullah, pendiri dan penggerak Nahdhatul Ulama (NU). Salah satu pendiri NU ini dikenal pula dengan sebutan Mbah Wahab yang merupakan generasi ke-4 dari pendiri Pondok Pesantren Tambakberas.

Sepeninggal Mbah Shoichah, pondok pesantren diasuh oleh KH Utsman atau biasa dikenal dengan sebutan Mbah Ustman yaitu menantu pertama Mbah Shoichah. Oleh KH Ustman lokasi pondok dipindah sekitar 100 meter ke arah selatan dari pondok Selawe, tepatnya di dusun Gedang desa Tambakrejo. Karena itu pondok ini juga disebut pondok Gedang. Mbah Utsman dikenal sebagai kiai tasawuf dan menjadi salah satu mursyid Thoriqoh Naqsabandiyah pada zamannya. Pondok Gedang diasuh oleh Mbah Utsman dalam kurun tahun 1860 – 1910 masehi. Menantu pertama Mbah Utsman adalah KH Hasyim Asy’ari, yang juga dikenal sebagai salah satu pendiri NU.

Kalau Mbah Utsman dikenal mengembangkan ilmu tasawuf, maka adik ipar beliau yaitu KH Said mengajarkan ilmu syariat. KH Said mengajar di pondok yang ada di dusun Tambakberas desa Tambakrejo. Lokasinya cukup dekat dengan pondok Gedang, kira-kira hanya berjarak 100 meter. Setelah Mbah Utsman wafat, sebagian santri yang tidak ikut membantu KH Hasyim Asy’ari mendirikan pondok di Tebuireng, akhirnya dipindah ke pondok Tambakberas asuhan KH Said ini. Sepeninggal KH Said, pondok diasuh oleh putra beliau yaitu KH Chasbullah. Dari KH Chasbullah inilah pondok terus dikembangkan oleh putra putrinya. Yaitu KH Abdul Wahab, KH Abdul Hamid, Nyai Fatimah dan KH Abdurrohim.

Pada waktu Kyai Abdul Wahab (Putra tertua Kyai Hasbulloh) kembali dari tugas belajarnya di tanah suci Makkah. Sejak saat itu Kyai Abdul Wahab mulai melakukan pembaharuan pondok pesantren Tambakberas. Beliau merubah sistem pendidikan halaqoh menjadi sistem pendidikan Madrasah. Dengan sistem pendidikan Madrasah yang dikembangkan oleh beliau inilah, pondok pesantren Tambakberas berkembang semakin pesat dan pada tahun 1912 Kyai Abdul Wahab mendirikan Madrasah yang pertama terletak di sebelah barat masjid (sekarang dibangun gedung Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum), Madrasah tersebut diberi nama Madrasah Mubdil Fan, madrasah ini adalah cikal bakal dari semua madrasah yang ada di pondok pesantren Bahrul Ulum terutama Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Pada tahun 1920 Kyai Hasbulloh wafat. Maka pesantren ini dilanjutkan oleh Kyai Abdul Wahab, dengan dibantu oleh kedua adiknya yaitu Kyai Abdul Hamid dan Kyai Abdurrohim yang juga baru kembali dari studinya di tanah suci Makkah. Dalam penataan manajemen pengelolaannya, Kyai Abdul Hamid lebih berkonsentrasi terhadap pengelolaan pondok, sedangkan Kyai Abdurrohim bertanggungjawab mengelola Madrasah. Kyai Abdul Wahab lebih banyak berkiprah dikancah organisasi sosial kemasyarakatan. Salah satu organisasi yang didirikannya adalah kelompok diskusi yang diberi nama TASYWIRUL AFKAR yang berpusat di Surabaya pada waktu itu. Dan pada tahun 1926 beliau mendirikan organisasi yang diberi nama NAHDLATUL WATHON yang pada akhirnya berganti nama menjadi NAHDLATUL ULAMA yang berkembang sampai sekarang.

Pada tahun 1942 Kyai Abdul Hamid dan Kyai Abdurrohim memanggil keponakannya yang bernama Kyai Abdul Fattah menantu Kyai Bisri Syansuri Denanyar. Sebagai upaya regenerasi pengelolaan Madrasah diserahkan kepada Kyai Abdul Fattah.

Pada tahun 1943 Kyai Abdurrahim wafat, tugas-tugas beliau diteruskan oleh Kyai Abdul Fattah. Di bawah pimpinan Kyai Abdul Fattah, Madrasah berkembang sangat pesat, mengingat semakin bertambahnya jumlah santri, Kyai Abdul Fattah mendirikan gedung Madrasah di dekat rumahnya yang kemudian oleh Kyai Abdul Wahab, Madrasah tersebut diberi nama Madrasah Ibtida’iyyah Islamiyyah (MII) dan kemudian berganti nama menjadi Madrasah Ibtida’iyyah (MI). Disamping itu pada tahun 1951 Kyai Abdul Fattah dengan restu Kyai Abdul Wahab, mendirikan pondok pesantren putri Al-Fathimiyyah, serta pada tahun 1956 mendirikan Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 4 Tahun.

Pada tanggal 06 Juni 1956 Kyai Abdul Hamid wafat, maka pengasuh pondok pesantren Tambakberas dilanjutkan oleh Kyai Abdul Fattah, sedangkan urusan Madrasah diserahkan sepenuhnya kepada Kyai Al-Fatih putra sulung Kyai Abdurrohim.

Di bawah pimpinan Kyai Al-Fatih Madrasah berkembang semakin pesat, hingga pada tahun 1964, Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 4 Tahun ditambah masa studinya menjadi 6 Tahun dan berubah nama menjadi Madrasah Mu’llimin Mu’allimat Atas.

Pada tahun 1965 Kyai Abdul Wahab memberi nama pondok pesantren ini dengan nama Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Pada tanggal 29 Desember 1971/ 11 Dzulqo’dah 1391 H. Kyai Abdul Wahab pulang ke rahmatulloh. Pimpinan Pondok Pesantren Bahrul Ulum diteruskan sepenuhnya oleh Kyai Abdul Fattah dengan dibantu oleh para dzurriyah Bani Hasbulloh yang lain.

Pada tahun 1974 Kyai Abdul Fattah mulai merintis Perguruan Tinggi yang diberi nama Al-Ma’had Al-Aly. Hingga pada tahun 1977 Kyai Abdul Fattah wafat. Setelah Kyai Abdul Fattah wafat, tampuk pimpinan Pondok Pesantren Bahrul Ulum, dilanjutkan oleh KH. M. Najib Abd. Wahab,L.ML putra ke tiga Kyai Abdul Wahab. KH. M. Najib Abd. Wahab, L.ML memiliki reputasi cemerlang dalam membawa lembaga Pondok Pesantren Bahrul Ulum pada pentas nasional selain pernah menjabat sebagai Ro’is Syuriah PBNU, pada tahun 1985 beliau bersama pengasuh yang lain juga menghidupkan Al-Ma’had Al-Aly menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) dengan menunjuk Drs. KH. Moh. Syamsul Huda As, SH.,M.HI sebagai ketua. Dalam kapasitas sebagai ketua Robithotul Ma’ahid (Asosiasi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama), KH. M. Najib Abd. Wahab.L.ML menyelenggarakan Usbu’ul Ma’ahid (Pekan Pesantren se-JawaTimur), memanage Pondok Pesantren Bahrul Ulum melalui jalur formal kepengurusan, juga melalui ro’is khos (ketua komplek), mengamanatkan kepengurusan masjid kepada KH. Moh. Sholeh Abd. Hamid sebagai ketua ta’mirnya, menyelenggarakan pengajian sentral tiap Senin malam Selasa. Hingga pada tahun 1987 KH. M. Najib Abd. Wahab, L.ML pulang ke rahmatulloh. Sejak saat itu Pondok Pesantren Bahrul Ulum diasuh dengan menggunakan system Kepemimpinan Kolektif.

Sejarah singkat tentang Pondok Pesantren Bahrul Ulum di atas diambil dari sebuah artikel yang berjudul “Sekilas Sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum dan Perkembangannya”, yang ditulis di sebuah web site dengan alamat web http://www.docstoc.com/docs/71164980/Sejarah-Pondok-Bahrul-Ulum-Jombang# dan artikel yang di tulis oleh gus Hannan Majdy putra dari almarhum KH. Amanulloh AR., yang ditulis dalam sebuah blog dengan alamat http://hannanmajdy.wordpress.com/profil/sejarah/.

2.            Madrasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang

Menilik dari sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjalanan dan managemen kepemimpinan Pondok Pesantren Bahrul Ulum, oleh karena itu segala sesuatu yang menyangkut  managemen kelembagaan baik administrasi maupun kurikulum pastilah selalu berada dalam naungan dan pengaruh dari Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Secara garis besarnya Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum adalah sebuah Madrasah yang berdiri atas prakarsa dari Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, oleh karena itu segala yang berhubungan dengan keadministrasian kelembagaan ataupun konsep dan pelaksanaan kurikulum yang dipakai tidak bisa lepas dari Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

C.                KERANGKA BERPIKIR

Dari beberapa hal yang dijelaskan dalam sub bab teori dan konsep serta penjelasan tentang sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, dan Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum sebagai salah satu unit lembaga pendidikan formal Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang di atas, maka akan dapat kita ketahui apa sebenarnya kerangka berpikir dalam penulisan skripsi ini, yaitu diantaranya agar dapat diketahui tentang apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan pesantren, bagaimana pengertian, konsep dan tujuan kurikulum pendidikan pesantren serta bagaimana proses implementasi kurikulum pendidikan pesantren di sebuah madrasah tertentu, dan apakah alasan serta tujuan sebuah madrasah masih tetap bertahan menerapkan kurikulum pendidikan pesantren di tengah-tengah jaman yang serba modern ini yang mungkin oleh sebagian orang akan dianggap sebagai kurikulum yang ketinggalan jaman, tidak bermutu, dan tidak relevan dengan pendidikan di era globalisasi ini.

Disamping itu penulis juga berniat untuk mempelajari dan sekaligus mengamati tentang beberapa materi dari kurikulum pendidikan pesantren yang diimplementasikan ke dalam sebuah pendidikan formal dan bagaimanakah system pengemasan dan penerapannya, sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat yang sudah serba modern ini, dan bagaimana pulakah cara penyampaian kurikulum tersebut terhadap anak didik di jaman sekarang, sehingga mereka dapat mudah menerima semua pelajaran yang diberikan oleh para guru tanpa merasa jenuh dan tetap memperhatikan semua pelajaran yang disampaikan kepada mereka.

[1] W.J.S Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta, PN. Balai Pustaka, 1984), hlm.1054

[2] Ibid, hlm.520

[3] H. hamdani Ihsan,Drs., H. A. Fuad Ihsan,Drs., “Filsafat Pendidikan Islam”,( Bandung: Pustaka Setia,2007), hlm.17.

[4] Departemen Agama RI, “Al Qur’an Dan Terjemahnya”, (Bandung: CV. Penerbit J-Art, 2004), hlm.411

[5] Ibid, hal.206

[6] Al-Attas An Naquib, . “Konsep Pendidikan Dalam Islam”,  (Bandung, Mizan, 1988), hlm. 12.

[7] Departemen Agama RI, hlm. 597

[8] Departemen Agama RI,  hlm. 412

[9] Choirul Anam, Drs.M.PdI, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, (Sidoarjo; Qisthos Digital Press, 2009) hlm.2

[10] Prof. Dr. S. Nasution, M. A., “Kurikulum dan Pengajaran”, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), hlm.5

[11] Dr.h. Nana Sudjana, “Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah”, (Bandung, Sinar Baru Algensindo), hlm.4

[12] Rudi Hartono, “Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional,”  http://www.scribd.com/doc/46662891/Kurikulum-Pendidikan-Pondok-Pesantren-Tradisional, diakses tanggal 29 Juli 2012
[13] Mohammadfa, “Tujuan Pendidikan Pesantren”,  http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2181807-tujuan-pendidikan-pesantren/#ixzz23D7SRL7O, diakses tgl.20-08-2012

Read More......

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN PESANTREN DI MADRASAH IBTIDAIYAH BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Suatu hal yang tidak terlepas dalam wacana pendidikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren. Ia adalah model sistem pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Keberadaannya mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok Pesantren sebagai bahan kajian.
Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini adalah karena “modelnya”. Sifat keislaman dan ke-Indonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan kyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Walau di tengah suasana yang demikian, yang menjadi magnet terbesar adalah peran dan kiprahnya bagi masyarakat, negara dan umat manusia yang tidak bisa dianggap sepele atau dilihat sebelah mata. Sejarah membuktikan besarnya kontribusi yang pernah dipersembahkan lembaga yang satu ini, baik di masa pra kolonial, kolonial dan pasca kolonial, bahkan di masa kini pun peran itu masih tetap dirasakan.
Bahkan dalam sebuah artikel pendidikan islam di Indonesia karya H. Muhammad Jamhuri,Lc.Ma., beliau lebih cenderung melirik model pendidikan pesantren yang telah mengintegrasikan antara ilmu etika dan pengetahuan dalam pelaksanaan proses pendidikannya sebagai dasar penyelesaian masalah mengatasi kegagalan system pendidikan di Indonesia.
 Di tengah gagalnya sebagian sistem pendidikan dewasa ini, ada baiknya kita menyimak kembali sistem pendidikan pesantren. Keintegrasian antara ilmu etika dan pengetahuan yang pernah dicanangkan pesantren perlu mendapat perhatian, sehingga  -paling tidak-  mengurangi apa yang menjadi trendi di tengah-tengah pelajar dan pemuda kita: tawuran.[1]
Relevan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan nasional masih belum mampu secara maksimal untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan pendidikan. Melihat fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini banyak kalangan yang mulai melihat sistem pendidikan pesantren sebagai salah satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah.
Salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses mekanisme pendidikan, tolok-ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan, adalah kurikulum.[2]
Namun demikian, kurikulum seringkali tidak mampu mengikuti kecepatan laju perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan dan pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan.
Dalam konteks pendidikan di pesantren, menurut Nurcholish Madjid, istilah kurikulum tidak dikenal di dunia pesantren, terutama masa prakemerdekaan, walaupun sebenarnya materi pendidikan sudah ada dan keterampilan itu ada dan diajarkan di pesantren. Kebanyakan pesantren tidak merumuskan dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit dalam bentuk kurikulum. Tujuan pendidikan pesantren ditentukan oleh kebijakan Kiai, sesuai dengan perkembangan pesantren tersebut.[3] Tapi di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur sejak mulai berdirinya pada tahun 1912 yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab Hasbulloh dan dikembangkan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim sudah mulai menggunakan model pendidikan yang biasa disebut sebagai kurikulum pada zaman sekarang, sebab rencana pendidikan untuk melancarkan proses pendidikan di madrasah tersebut sudah tersusun walau sangat sederhana. Menurut S. Nasution, kurikulum adalah “Suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung-jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya”.[4] Jadi tidak salah jika pada perkembangan selanjutnya rumusan pendidikan yang telah diterapkan oleh pendiri Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang disebut sebagai kurikulum pendidikan pesantren oleh penerusnya dan bahkan sampai saat ini beberapa perubahan dan penyesuaian telah dilakukan oleh generasi penerus pengelola Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum agar sesuai dengan perkembangan pendidikan nasional dengan memadukan antara kurikulum pendidikan pesantren dan kurikulum dari pemerintah maka proses belajar mengajar di madrasah tersebut sampai saat ini masih tetap menggunakan kurikulum pendidikan pesantren yang telah dikombinasikan dengan kurikulum dari pemerintah. Adapun bahan pembelajaran yang termasuk dalam kurikulum pendidikan pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum adalah 1. Nahwu  dan sharaf atau biasa disebut dengan ilmu alat; 2. Fiqh; 3. Hadits; 4. Tafsir; 5. Tauhid; 6. Akhlak; 7. Cabang lain seperti sejarah (tarikh).
Dewasa ini pesantren dihadapkan pada banyak tantangan, termasuk di dalamnya modernisasi pendidikan Islam. Dalam banyak hal, sistem dan kelembagaan pesantren telah dimodernisasi dan disesuaikan dengan tuntutan pembangunan, terutama dalam aspek kelembagaan yang secara otomatis akan mempengaruhi penetapan kurikulum yang mengacu pada tujuan institusional lembaga tersebut. Selanjutnya, persoalan yang muncul adalah apakah pesantren dalam menentukan kurikulum harus melebur pada tuntutan jaman sekarang, atau justru ia harus mampu mempertahankannya sebagai ciri khas pesantren yang banyak hal justru lebih mampu mengaktualisasikan eksistensinya di tengah-tengah tuntutan masyarakat. Format kurikulum pesantren bagaimanakah yang memungkinkan bisa menjadi alternatif tawaran untuk masa yang akan datang?
Menjawab pertanyaan sebagaimana yang telah disebutkan diatas itulah kenapa MI Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yang nota bene sebagai lembaga pendidikan formal dibawah naungan pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang sampai saat ini masih tetap menerapkan kurikulum pendidikan pesantren sebagai kurikulum utama dan menjadikan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai kurikulum tambahan.  Memang sangat dilematis sekali sementara di beberapa sekolah ataupun madrasah  di Indonesia mencanangkan dan menerapkan kurikulum yang dianggap sebagai unggulan atau bahkan kurikulum pendidikan bertaraf internasional untuk memberikan pendidikan yang terbaik dalam program mencerdaskan kehidupan bangsa, MI Bahrul Ulum Tambakberas Jombang justru tetap mencanangkan dan menerapkan kurikulum pendidikan pesantren yang mungkin oleh sebagian orang akan dianggap sebagai kurikulum yang ketinggalan jaman, tidak bermutu, dan tidak relevan dengan pendidikan di era globalisasi ini.
Oleh karena itu agar kurikulum pesantren tetap diminati dan dianggap penting dalam menyukseskan pendidikan anak serta tidak ketinggalan zaman maka diadakanlah penyesuaian standar kurikulum pesantren dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan model pendidikan masa kini. Dan proses perubahan tersebut tetap menggunakan konsep almuhafadloh ‘ala qodimi as-shholih wa al-akhdu bi al-jadidi al-ashlah.
Atas dasar latar belakang permasalahan sebagaimana yang telah saya ulas diatas dan bersamaan dengan memenuhi tugas akhir sarjana pendidikan islam fakultas tarbiyah yang berupa tugas skripsi, maka muncul beberapa ide untuk membuat karya penelitian tentang implementasi kurikulum pendidikan pesantren di lembaga formal seperti MI Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur.
B.            Rumusan Masalah
Mencermati pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana model  kurikulum pesantren yang diimplementasikan di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang?
2.      Bagaimana proses implementasi kurikulum pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang?
3.      Dan apakah tujuan yang hendak dicapai dalam implementasi kurikulum pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang?
C.           Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui metode kurikulum pesantren yang diimplementasikan di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
2.      Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan implementasi kurikulum pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
3.      Untuk mengetahui tujuan yang hendak dicapai dalam implementasi kurikulum pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
D.           Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini semoga dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan implementasi kurikulum pendidikan pesantren ke dalam pendidikan formal di Indonesia agar bermanfaat bagi :
1.           Guru
Dengan hasil penelitian  ini guru akan banyak tahu tentang bagaimanakah sebenarnya bentuk implementasi kurikulum pendidikan pesantren di MI Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan apakah tujuan sebenarnya dari implementasi pendidikan kurikulum pesantren di MI Bahrul Ulum Tambakberas Jombang sehingga bapak dan ibu guru yang mengajar dapat mengembangkan daya kreatifitasnya dalam membuat perencanaan pembelajaran sesuai kurikulum yang telah ditetapkan demi mensukseskan proses belajar mengajar dan menghasilkan output madrasah yang sholeh, sholehah, cerdas, berpengetahuan serta mempunyai wawasan keilmuan yang luas.
2.           Siswa
Diharapakan dengan hasil penelitian ini dapat membantu siswa-siswi untuk tetap pro aktif dalam mensukseskan program implementasi pendidikan kurikulum pesantren sebab dengan hasil penelitian tersebut mereka akan mengetahui betapa pentingnya beberapa mata pelajaran yang terkandung dalam kurikulum pendidikan pesantren bagi masa depan kehidupan mereka sehingga mereka menjadi generasi muslim yang sholeh dan sholehah, cerdas, berpengetahuan serta mempunyai wawasan keilmuan yang luas.
3.           Lembaga
Bagi lembaga/madrasah, tentu saja hasil penelitian sangat bermanfaat dalam meningkatkan dan memperbaiki kualitas/mutu pendidikan di lembaga tersebut, sehingga dapat menciptakan daya tarik tersendiri di bidang pengelolaan pendidikan formal tingkat dasar guna memberikan tawaran pendidikan anak yang benar-benar berbeda dari pada pendidikan formal tingkat dasar pada umumnya.
E.            Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam lima (5) bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut:
Bab I     : Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,  dan sistematika pembahasan.
Bab II    : Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai teori dan konsep yang meliputi pengertian kurikulum dan kurikulum pendidikan pesantren, disambung dengan penjelasan tentang Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum sebagai lembaga di bawah naungan yayasan pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan kerangka berpikir.
Bab III  : Metodologi Penelitian, dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
Bab IV  : Hasil Penelitian,  bab ini diawali dengan Gambaran Umum yang berisi latar belakang obyek penelitian yang meliputi profil Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yaitu sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum, visi dan misi Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum, struktur organisasi, letak geografis Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, status kelembagaan Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum, implementasi kurikulum pendidikan Pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum yang di dalamnya menjelaskan tentang materi pendidikan, metode pendidikan, tujuan implementasi kurikulum pesantren di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, dan tanggapan masyarakat atas implementasi pendidikan pesantren.
Bab V    : Penutup,  pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.



[1] H. Muhammad Jamhuri, Lc. MA., Pondok Pesantren: sejarah dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia”, http://www.ikdar.com/?pilih= news&mod=yes&aksi=lihat&id=53,  diakses tgl. 02 Desember 2011.
[2] Prof. Dr. S. Nasution, M. A., “Kurikulum dan Pengajaran”, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), hal. 13.
[3] Nurcholish Madjid, “Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan” (Jakarta: Paramadina, 1997), hal. 59.
[4]  Nasution, ”Kurikulum dan Pengajaran”,  hlm. 5.

Read More......

PEDOMAN AL QUR'AN DALAM PENDIDIKAN ANAK



M. Syamsi Ali


Tulisan sederhana ini memaparkan secara singkat pandangan, pedoman dan dasar-dasar pendidikan bagi anak. Saya sadar sepenuhnya bahwa tulisan ini sangat rendah ke-ilmiyah-annya, jika keilmiyahan itu didasarkan pada tumpukan rujukan berbagai ahli dalam berbagai bidang.
Alasan penulis sangat sederhana. Pertama, penulis ingin membangun kesadaran baru bahwa dasar-dasar keilmuan yang ditampilkan oleh Kitab Allah dan Sunnah RasulNya belum dan tak akan tertandingi oleh konsep keilmuan manapun juga. Perhatikan beberapa ayat Al Qur'an yang menantang mereka yang mengaku pintar untuk menciptakan suatu konsep yang dapat menyaingi Kitab kebenaran ini. Lihat misalnya QS. Al Baqarah: 23.
Kedua, penulis juga ingin membangun sebuah kesadaran kiranya kaum intelektual Muslim, khususnya kaum muda, terbiasa mengolah otak/ijtihad dalam memahami dan menjabarkan konsep-konsep dasar keilmuan dalam berbagai bidang yang tertuang secara jelas dalam Kitab Sucinya. Tidak sebagaimana sering terjadi dimana kaum intelektual terperosok ke dalam kutipan-kutipan orang lain, yang belum tentu beri'tiqad baik terhadap agama Allah. Belajar menegakkan independensi intelektual ummat adalah aset besar masa depannya.
Namun hal ini tidaklah berarti bahwa ummat Islam tidak mau atau tidak perlu mengambil pendapat orang lain. Melainkan belajar untuk tidak selamanya bergantung pada pendapat orang lain. Dengan demikian, ummat ini betul-netul merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya, termasuk kemerdekaan intelektual. Bahkan harapan kita, ummat ini harus menjadi pedoman keilmuan bagi ummat manusia sebagaimana masa-masa lalunya yang indah.

PENDIDIKAN ANAK

Dalam Islam, berbicara mengenai pendidikan tidak dapat dilepaskan dari asal muasal manusia itu sendiri. Kata "pendidikan" yang dalam bahasa arabnya disebut "tarbiyah" (mengembangkan, menumbuhkan, menyuburkan) berakar satu dengan kata "Rabb" (Tuhan). Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan adalah sebuah nilai-nilai luhur yang tidak dapat dipisahkan dari, serta dipilah-pilah dalam kehidupan manusia. Terpisahnya pendidikan dan terpilah-pilahnya bagian-bagiannya dalam kehidupan manusia berarti terjadi pula disintegrasi dalam kehidupan manusia, yang konsekwensinya melahirkan ketidak-harmonisan dalam kehidupannya itu sendiri.
Menurut Al Qur'an, asal muasal komposisi manusia itu terdiri dari tiga hal yang tidak terpisahkan: 1. Jasad. 2. Ruh. 3. Intelektualitas. Lihat QS. As Sajadah: 7-9).
Semua manusia adalah sama dalam komposisi ini. Mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam dunia ini dengan dasar penciptaan dan kehidupan yang tidak berbeda. Kesimpulan ini telah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya, al:
"Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas dasar fithrah. Hanya saja, kedua ibu bapaknya yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi" (hadits)
"Setiap hambaKu Aku ciptakan dengan kesiapan menjadi lurus (baik). Hanya saja, syetan-syetan menjadikan mereka tergelincir (dalam kesesatan)" (hadits Qudsy).
Bahkan Al Qur'an itu sendiri dengan tegas menyatakan bahwa komposisi penciptaan yang sempurna ini (ahsanu taqwiim) dan diistilahkan dengan "fithrah Allah" (insaniyah/kemanusiaan), tidak mungkin terganti atau terubah. Lihat QS: Ar Ruum: 30. Hakikat ini terkadang pula disebut "Sunnatullah" (hukum Allah). Lihat QS: Al Ahzaab: 33, QS: Faathir: 35, dan QS: Al Fath: 48.

ARTI DAN FUNGSI PENDIDIKAN

Jika dasar kemanusiaan (komposisipenciptaan/fithrah) manusia tidak dapat berubah dan berganti, lalu apa arti dari suatu pendidikan?
Telah kita singgung terdahulu bahwa pendidikan atau tarbiyah berasal dari kata "rabaa-yarbuu-riban wa rabwah" yang berarti "berkembang, tumbuh, dan subur". Dalam Al Qur'an, kata "rabwah" berarti bukit-bukit yang tanahnya subur untuk tanam-tanaman. Lihat QS: Al Baqarah:265. Sedangkan kata "riba" mengandung makna yang sama. Lihat QS: Ar Ruum:39.
Dengan pengertian ini jelas bahwa mendidik atau "rabba" bukan berarti "mengganti" (tabdiil) dan bukan pula berarti "merubah" (taghyiir). Melainkan menumbuhkan, mengembangkan dan menyuburkan, atau lebih tepat "mengkondisikan" sifat-sifat dasar (fithrah) seorang anak yang ada sejak awal penciptaannya agar dapat tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Jika tidak, maka fithrah yang ada dalam diri seseorang akan terkontaminasi oleh "kuman-kuman" kehidupan itu sendiri. Kuman-kuman kehidupan inilah yang diistilahkan oleh hadits tadi dengan "tahwiid" (mengyahudikan) "tanshiir" (menasranikan) dan "tamjiis" (memajusikan). Pada hadits yang lain disebutkan "ijtaalathu as Syaithaan" (digelincirkan oleh syetan).
Kuman-kuman kehidupan atau meminjam istilah hadits lain "duri-duri perjalanan" (syawkah) tentu semakin nyata dan berbahaya di zaman dan di mana kita hidup saat ini. Masalahnya, apakah kenyataan ini telah membawa kesadaran bagi kita untuk membentengi diri dan keluarga kita? "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kamu dan keluarga-keluarga kamu dari api neraka" (QS: At Tahriim:6).

AL QUR'AN DAN PENDIDIKAN ANAK

Ummat Islam saat ini nampaknya membuktikan prediksi Rasulnya lima belas abad yang lalu. Dalam haditsnya Rasulullah menjelaskan: "Suatu saat kamu akan menjadi seperti buih di tengah samudra luas. Terombang-ombang oleh ombak serta mengikut ke arah mana jalannya angin. Para sahabat bertanya: Apakah karena kami sedikit ketika itu wahai Rasulullah? Tidak, namun kamu ditimpa penyakit "wahan". Para sahabat bertanya: Apakah penyakit wahan itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Hubbu ad Dunya wa karaahiyat al Maut (Cinta dunia dan benci mati)" (hadits).
Cinta dunia yang berlebihan, sebagai konsekwensi logis dari tertanamnya faham materialisme dalam diri kita melahirkan sikap-sikap yang seolah-olah kita akan hidup seribu tahun lagi (abadi). Lihat QS: Al Humazah: 2-3.
Sikap yang demikian pula yang menyebabkan kita menyikapi pendidikan anak-anak kita seolah-olah tak ada aspek lain dalam hidupnya kecuali memburu dunia dengan segala manifestasinya. Sehingga kita bersikap buta hati terhadap kisah Ibrahim dan Ya'quub untuk menghayati bagaimana mereka telah mendidik anak keturunan mereka. Al Qur'an mengisahkan, Ibrahim dan Ya'qub senantiasa mewasiatkan anak-anaknya tentang agama ini. "Sungguh Allah telah memilih bagimu agama ini, maka janganlah sekali-kali kamu mati kecuali telah berislam secara benar" (QS: Al Baqarah: 132). Bahkan Ya'qub AS disaat-saat menjelang maut menjemputnya, menyempatkan diri bertanya kepada anak-anaknya: "madzaa ta'buduuna min ba'di" (Apa gerangan yang akan kamu sembah setelah kematianku)? Lihat QS: Al Baqarah:133.
Gambaran Ibrahim dan Ya'qub AS di atas mengajarkan betapa besar perhatian mereka terhadap kelestarian kesadaran beragama bagi anak-anak mereka. Sebaliknya, ummat Muslim saat ini seolah-olah telah mengganti ayat "maadza ta'buduuna" (apa yang kamu sembah) dengan kata-kata "maadza ta'kuluuna" (apa yang akan kamu makan setelah aku meninggal). Kepedulian terhadap kelangsungan kesadaran beragama anak-anak kita sangat minim sekali. Sehingga sebagai ilustrasi, seringkali jika anak kembali dari sekolah yang ditanyakan adalah nilai berapa yang kamu dapatkan? Sementara shalatnya tidak terpedulikan sama sekali.
Perhatikan kebanggaan seorang orang tua bila anaknya meraih suatu predikat kesarjanaan (Dr, MBA, dst). Namun alangka sedikitnya yang menyadari kiranya predikat-predikat tersebut dapat menjadi jembatan kebahagiaan anaknya dunia-Akhirat, serta menjaganya dari jilatan api neraka. Kesadaran kita terhadap doa sapu jagad kita (memohon kebajikan dunia-Akhirat) masih berada di sekitar lingkaran lisan kita. Sementara dalam fakta sikap kita menunjukkan bahwa kita menghendaki dunia semata.

PENDIDIKAN ISLAM SIFATNYA TERPADU

Telah disebutkan terdahulu bahwa Islam memandang pendidikan sebagai sesuatu yang identik dan tidak terpisahkan dari asal muasal penciptaan manusia/ fithrah/ insaniyah manusia itu sendiri, yakni terdiri dari tiga hal: Jasad, Ruh, dan Intelektualitas. Dengan demikian, pendidikan dalam pandangan Islam meliputi tiga aspek yang tidak dapat dipilah-pilah: 1. Pendidikan jasad (tarbiyah jasadiyah), 2. Pendidikan Ruh (tarbiyah ruhiyah), 3. Pendidikan intelektualitas (tarbiyah 'aqliyah).
Ketiga bentuk pendidikan tersebut tidak mungkin dan tak akan dibenarkan pemilahannya dalam ajaran Islam. Sebabnya , sebagaimana telah dijelaskan, pendidikan berhubungan langsung dengan komposisi penciptaan/kehidupan manusia. Memilah-milah pendidikan manusia, berarti memilah-milah kehidupannya.
Hakikat inilah yang menjadi salah satu rahasia sehingga wahyu dimulai dengan perintah "Iqra" (membaca), lalu dikaitkan dengan "khalq" (ciptaan) dan "Asma Allah" (Bismi Rabbik). Lihat QS: Al 'Alaq: 1-5. Maksudnya, bahwa dalam menjalani kehidupan dunianya manusia dituntut untuk mengembangkan daya inteletualitasnya dengan suatu catatan bahwa ia harus mempergunakan sarana "khalq" (ciptaan) sebagai object dan "Asma Allah" (ikatan suci dengan Nama Allah/hukumnya) sebagai acuan. Bila ketiganya terpisah, akan melahirkan, sebagaimana telah disinggung terdahulu, suatu ketidak-harmonisan dalam kehidupan manusia itu sendiri.

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ANAK DALAM AL QUR'AN

Dasar-dasar pendidikan anak dalam Islam dapat disimpulkan dari berbagai ayat, antara lain QS: Luqman: 12 - 19 dan QS: As Shafaat: 102, serta berbagai hadits Rasulullah SAW.
Kisah Luqman yang oleh sebagian ulama digelari dengan "al hakiim" atau "Luqman yang bijaksana" mengajarkan bahwa "sifat bijak" bagi seorang pendidik termasuk para orang tua adalah suatu keharusan. Luqman yang memang secara khusus dikaruniakan ni'mat "hikmah" oleh Allah itu menyadari sepenuhnya bahwa anak adalah bagian dari keni'matan Ilahi yang menjadi cobaan (fitnah) atasnya. Oleh sebab itu ia menanamkan pendidikan kepada anaknya sebagai manifestasi kesyukurannya terhadap Allah Pemberi ni'mat. (ayat: 12)
Berikut ini adalah dasar-dasar pokok pendidikan anak yang tersimpulkan dari berbagai ayat Al Qur'an dan Sunnah Rasul:
  1. Mananamkan nilai "tauhidullah" dengan benar.
  2. Mengajarkan "ta'at al waalidaen" (mentaati kedua orang tua), dalam batas-batas ketaatan kepada Pencipta, sebagai manifestasi kesyukuran seseorang kepada Ilahi.
  3. Mengajarkan "husnul mu'asyarah" (pergaulan yang benar) serta dibangun di atas dasar keyakinan akan hari kebangkitan, sehingga pergaulan tersebut memiliki akar kebenaran dan bukan kepalsuan.
  4. Menanamkan nilai-nilai "Takwallah".
  5. Menumbuhkan kepribadian yang memiliki "Shilah bi Allah" yang kuat (dirikan shalat.
  6. Menumbuhkan dalam diri anak "kepedulian sosial" yang tinggi. (amr ma'ruf-nahi munkar).
  7. Membentuk kejiwaan anak yang kokoh (Shabar).
  8. Menumbuhkan "sifat rendah hati" serta menjauhkan "sifat arogan" .
  9. Mengajarkan "kesopanan" dalam sikap dan ucapannya.

    Kesembilan poin tersebut di atas disimpulkan dari QS. Luqmaan: 12-19.
  10. Sedangkan QS: As Shafaat: 102, mengajarkan "metodologi" pendidikan anak. Ayat ini mengisahkan dua hamba Allah (Bapak-Anak), Ibrahim dan putranya Ismail AS terlibat dalam suatu diskusi yang mengagumkan. Bukan substansi dari diskusi mereka yang menjadi perhatian kita. Melainkan approach/cara pendekatan yang dilakukan oleh Ibrahim dalam meyakinkan anaknya terhadap suatu permasalahan yang sangat agung itu.
    Kisah tersebut mengajarkan kepada kita bahwa metode "dialogis" dalam mengajarkan anak sangat didukung oleh ajaran Islam. Kesimpulan ini pula menolak anggapan sebagian orang kalau Islam mengajarkan ummatnya otoriter, khususnya dalam mendidik anak.
  11. Pendidikan hendaknya dimulai sejak sedini mungkin, sehingga tertanam kebiasaan dalam diri anak sejak awal. Kebiasaan ini akan didukung oleh kesadaran penuh jika anak telah mencapai tingkat balighnya. Dalam hadits nabi dijelaskan: "Suruhlah anak-anak kamu shalat jika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika telah berumur sepuluh tahun (dan masih tidak melakukannya)"
    Pukulan yang disebutkan pada hadits tersebut hendaknya ditafsirkan sesuai dengan situasi di mana kita hidup. Pertama, tentu pukulan tersebut bukanlah sutau pukulan yang sifatnya "siksaan". Melainkan pukulan yang bersifat "didikan" semata.
    Kedua, pukulan ini tidak selamanya diartikan dengan pukulan "fisik". Melainkan dapat pula diartikan dengan pukulan "psykologis" atau kejiwaan. Sebagai misal, jika anak kita senang piknik di hari libur, dan hal ini sudah menjadi kebiasaan keluarga, maka jika mereka tidak melakukan kewajiban agamanya (shalatnya) maka kebiasaan ini dapat dihentikan sementara. Menghentikan piknik bagi anak-anak yang sudah terbiasa dengannya dapat menjadi pukulan bathin bagi mereka.
  12. Tegakkah shalat berjama'ah di rumah tangga masing-masing. Rasulullah SAW bersabda: "Sinarilah rumah kamu dengan shalat" Menghidupkan shalat berjama'ah di rumah memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kejiwaan seorang anak.
  13. Tanamkan Al Qur'an dalam diri anak sejak sedini mungkin. Al Qur'an adalah Kalam Ilahi yang bukan saja sebagai petunjuk (hudan), melainkan juga sebaga "Syifaa limaa fis Shuduur" (obat terhadap berbagai penyakit jiwa), dan "Nuur" (cahaya/pelita hati). Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang tidak ada Al Qur'an di hatinya maka ia seperti rumah runtuh" (hadits)
  14. Membiasakan praktek-praktek sunnah dalam kehidupan keseharian. Misalnya makan dengan membaca "Bismillah" dan doa, mengakhirinya dengan "Al Hamdulillah" dan doa, masuk/keluar rumah dengan salam, dll. Menghapalkan doa-doa sejak sedini mungkin memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kejiwaan anak.
  15. Yang terakhir dan yang terpenting adalah hendaknya para orang tua menjadi "tauladan" (uswah) dalam kehidupan anak-anak mereka. Hidupkan agama Allah dalam diri kita, keluarga kita, insya Allah dengan izinNya anak-anak akan tumbuh dengan kesadaran keagamaan yang tinggi. Pepatah Arab mengatakan "Perbaiki dirimu, niscaya manusia akan baik denganmu". Jangan seperti apa yang biasa terjadi. Orang tua mengantarkan anaknya ke sekolah Al Qur'an, agar anaknya belajar shalat, namun orang tuanya justeru mengabaikan Al Qur'an serta shalat di rumah tangganya juga seringkali terabaikan.
  16. Memperbanyak doa. Bagaimanapun juga usaha manusia sifatnya terbatas. Namun dengan pertolongan Allah, sesuatu dapat berubah di luar perkiraannya. Oleh sebab itu, doa dalam hidup kita sangat penting untuk menunjang usaha-usaha yang kita lakukan.

PENUTUP

Demikian sekilas tentang pendidikan anak dalam pandangan Islam. Saya yakin bahasan ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab berbicara mengenai pendidikan anak berarti berbicara pula sejak awal kandungan seorang ibu. Bahkan sejak seorang pasangan masing-masing mencari pasangannya telah terpatri usaha-usaha untuk membentuk suatu generasi yang baik, yaitu generasi Islami dan Qur'ani.
Akhirnya hanya kepadaNya semata kita bergantung dan berserah diri. Semoga Allah senantiasa menanamkan kesadaran kepada kita semua untuk mendidik anak-anak kita menjadi harapan masa depan ummat. Yang terpenting, demi keselamatan mereka dan kita dari jilatan api neraka. "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kamu dan keluarga-keluarga kamu dari api neraka".
Bersihkanlah jalanan (kehidupan) anak kita dari kuman-kuman yang merusak. Tanamkan benteng penjaga ketakwaan dan keimanan yang kokoh, pedang keilmuan yang tajam, sarana ibadah yang mantap, strategi akhlaq yang mulia dalam kehidupan anak kita.
Wassalam. NY/18 Mei 99.

* Disampaikan dalam acara Seminar Pendidikan Anak yang diadakan bersamaan dengan acara Musyawarah Tahunan IMAAM (Indonesian Muslim Association of America) Washington tanggal 22 Mei 1999.

M. Syamsi Ali adalah seorang muslim anggota ISNET yang tinggal di New York
04-12-2011

Read More......
Template by : Kendhin x-template.blogspot.com